MAKALAH
PSIKOLINGUISTIK
Pemerolehan
bahasa beberapa hipotesis
M.
al irjizah
PBI
3,4
Fakultas
tarbiyah dan keguruan
Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar
2012/2013
Kata
pengantar
Assalamualaikum wr. wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang memberi kami rahmat dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “pemerolehan bahasa
beberapa hipotesis”. Dalam makalah ini membahasa tentang beberapa hipotesis
diperolehnya bahasa.
Pada pembahasan kali ini ada tiga
hipotesis yang merupakan pemerolehan bahasa antara lain hipotesis nurani,
hipotesis tabularasa, dan hipotesis kesemestaan kognitif. Didalam makalah ini
akan dipaparkan dari ketiga hipotesis tersebut.
Dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat berbagai kekurangan baik dalam penjelasan maupun penulisannya oleh
karena itu saran dan kritik masi dibutuhkan. Demikianlah mudah-mudahan makalah
ini dapat membantu didalam proses belajar mengajar. Wassalam . . .
Penulis
Daftar isi
Halaman judul …………………………………………………………………………… 1
Kata pengantar
…………………………………………………………………………... 2
Daftar isi
…………………………………………………………………………………... 3
BAB I Pendahuluan
…………………………………………………………………….. 4
BAB II pembahasan :
A. hipotesis
nurani ……………………………………….….…..………. 5
B. hipotesis
tabularasa ………………………………….…….………… 8
C. hipotesis
kesemestaan kognitif ……………………………..…..…. 10
BAB III penutup
………………………………………………………..………………… 12
Bab I
Pendahuluan
Pemerolehan bahasa atau akuisisi
adalah proses yang berlangsung didalam otak seseorang kanak-kanak ketika di
memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pembelajaran bahas berkaitan
dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seseorang kanak-kanak mempelajari
bahasa kedua, setelah ia mempelajari bahas pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa
berkenaan dengan bahasa pertama sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan
bahasa kedua.
Ada dua proses terjadi ketika
seorang kanak-kanak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses
kompetensi dan proses perfomansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang
berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung
secara tidak disadari. Proses ini menjadi syarat terjadinya proses perfomansi
yang terdiri dari dua proses, yakni proses pemahaman dan proses penerbitan.
Sejalan dengan teori Chomsky
(1957,1965), kompetensi itu mencakup tiga komponen tata bahasa yaitu komponen
sintaksis, komponen semantic dan omponen fonologi. Oleh karena itu pemerolehan
bahasa ini lazim juga dibagi menjadi pemerolehan komponen tersebut. Ketiga
komponen tata bahasa ini tidaklah diperoleh
secara berasingan, yang satu terlepas dari yang lain, melainkan
diperoleh secara bersamaan.
Bab II
Pembahasan
A.
HIPOTESIS NURANI
Setiap bahasawan (penutur asli suatu bahasa) tentu mampu
memahami dan membuat (menghasilkan, menerbitkan) kalimat-kalimat dalam
bahasanya karena dia telah “menuranikan” atau menyimpan dalam nuraninya akan
tata bahasa bahasanya itu menjadi kompetensi bahasanya. Juga telah menguasai
kemampuan-kemampuan memperformansi bahasa itu.
Hipotesis nurani lahir dari beberapa pengamatan yang
dilakukan para pakar terhadap pemerolehan bahasa kanak-kanak (Lenneberg, 1967, Chomsky, 1970). Diantara
hasil pengamatan itu adalah sebagai berikut :
1. Semua
kanak-kanak yang normal akan memperoleh bahasa ibunya asal saja “diperkenalkan”
pada bahasa ibunya itu. Maksudnya dia idak diasingkan dari kehidupan ibunya
(keluarganya).
2. Pemerolehan
bahasa tidak ada hubungannya dengan kecenderungan kanak-kanak. Artinya, baik
anak yang cerdas maupun anak yang tidak cerdas akan memperoleh bahasa itu.
3. Kalimat
yang didengar kanak-kanak sering kali tidak gramatikal, tidak lengkap dan
jumlahnya sedikit.
4. Bahasa
tidak dapat diajarkan kepada mahluk lain, hanya manusia yang dapat berbahasa.
5. Prroses
pemerolehan bahasa oleh kanak-kanak dimanapun sesuai dengan jadwal yang erat
kaitannya dalam proses pematangan jiwa kanak-kanak.
6. Struktur
bahasa sangat rumit, kompleks, dan bersifat universal. Namun, dapat dikuasai
kanak-kanak dalam waktu yang relatif singkat. Yakni waktu antara tiga atau mpat
tahun saja.
Berdasarkan pengamatan diatas dapat
disimpulkan bahwa manusia lahir dengan dilengkapi olh suatu alat yang
memungkinkan dapat berbahasa dengan mudah dan cepat.
Hipotesis
nurani dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Hipotesis
nurani bahasa.
Merupakan satu asumsi yang menyatakan
bahwa sebagian atau semua bagian dari bahasa tidaklah dipelajari atau diperoleh
tetapi ditentukan oleh fitur-fitur nurani yang khusus dari organisme manusia.
2. Hipotesis
nurani mekanisme.
Menyatakan bahwa proses pemerolehan
bahasa oleh manusia ditentukan oleh perkembangan kognitif umun dn mechanism
nurani umum yag berinteraksi dengan pengalaman.
LAD
(Language Acquisition Device) adalah alat khusus yang dimiliki setiap kanak-kanak
sejak lahir untuk dapat berbahasa menurut Chomsky dan Miller (1957). Adapun
cara kerja dari alat ini dalah sebagai berikut :
Ucapan- ucapan bahasa (input) X è LAD
è
tata bahasa formal X (output)
Konsep
LAD telah meransang penelitian pemerolehan bahasa sampai ketingkat yang paling
tinggi. pusat peratian pada mulanya diarahkan kepada pemerolehan komponen
sentaksis sedangkan semantic dan kognisi kurang diperhatikan. Hal ini tidak
mengherankan karena teori generative transformasi yang dikembangkan oleh
Chomsky memang hanya memusatkan perhatian kepada keotonomian komponen
sintaksis.
Namun
dalam perkembangan yang terakhir pengkajian peemerolehan bahasa sudah lebih
memperhatikan tiga buah unsure yang dulu kurang diperhatikan ole LAD yaitu :
a. Korpus
ucapan, yang kini dianggap berfungsi lebih daripada LAD saja.
b. Peranan
semantic yang lebih penting daripada sintaksis.
c. Peranan
perkembangan kognisi yang sangat menentukan dalam proses pemerolehan bahasa.
B.
HIPOTESIS TABULARASA.
Tabularasa secara harfiah berarti “kertas kosong”, dalam
arti belum ditulisi apa-apa. Lalu, hipotesis tabularasa ini menyatakan bahwa
otak bayi pada waktu dilahirkan sama seperti kertas kosong, yang nanti akan
ditulisi atau didisi dengan pengalaman-pengalaman. Hipotesis ini pada mulanya
dikemukakan oleh John Locke yang kemudin dianut dan disebarluaskan oleh John
Watson.
Dalam hal ini menurut hipoesis tabularasa semua
pengetahuan dalam bahasa manusia yang tampak dalam perilaku berbahasa adalah
merupakan hasil dari integrasi peristiwa-peristiwa yang dialami dan diamati
oleh manusia itu. Sejalan dengan hipotesis ini, behaviorisme mnganggap bahwa
pengetahuan linguistic terdiri hanya dari hubungan-hubungan yang dibentuk
dengan cara pembelajaran S – R (stimulus – respon).
Menurut Skinner bebicara merupak suatu respon operan yang
dilazimkan kepada sesuatu stimulus dari dalam atau dari luar, yang sebenarnya
tidak jelas diketahui. Untuk menjelaskan hal ini skinner memperkrnalkan
sekumpulan kategori respon bahasa yang hamir serupa fungsinya dengan ucapan.
Adapun kategori tersebut antara lain :
a. Mand
Kata man adalah akar dari kata command, demand, dan
lain-lain. Kata mand adalah satu operan bahasa dibawah pengaruh stimulus yang
bersift menyingkirkan, merampas atau menghabiskan. Mand ini muncul sebagai
kalimat imperative, permohonan, atau rayuan, hanya apabila penutur ingin
mendapatkan sesuatu. Hal ini mungkin karena karena dahulu kalimat seperti ini
telah pernah diamati oleh penutur ketika seseorang mengucapkan untuk
mendapatkan kembali sesuatu yang dirampas, disingkirkan atau diambil dari
padanya.
b. Tacts
Adalah benda atau peristiwa konkret yang muncul sebagai
akibat adanya stimulus. Didalam tata bahasa tact ini dapat disamakan dengan
menamai atau menyebut nama sesuatu benda atau peristiwa. Umpamanya kalau kita
melihat sebuah mobil sebagai stimulus maka kita akan mengeluarkan satu tact
“mobil” sebagai respon.
c. Echoics
Adalah perilaku berbahasa yang dipengaruhi oleh respon
orang lain sebagai stimulus dan kita meniru ucapan itu. Umpamanya seseorang
mengatakan “mobil” maka stimulus itu akan membuat kita mengucapkan kata “mobil”
sebagai sebuah respon.
d. Textual
Adalah perilaku berbahasa yang diatur oleh stimulus
tertulis sedemikian rupa sehingga bentuk perilaku itu mempunyai korelasi dengan
bahasa yang tertulis itu. Korelasi yang dimaksud adalah hubungan sistematik
antara system penulisan atau bahasa dengan respon ucapan apabila membacanya
secara langsung. Jadi apabila kita melihat tulisan “kucing” sebagai stimulus maka kita mmberi respon
(ejaan kata kucing).
e. Intraverbal
operant
Adalah operan berbahasa yang diatur oleh perilaku
berbahasa terdahulu yang dilakukan atau dialami oleh penutur. Umpamanya kalau
sebuah kata dituliskan sebagai stimulus, maka kata lain yang ada hubungannya
akan diucapkan sebagai respon. Kata meja misalnya, akan membangkitkan kata
kursi, begitu juga kata terima kasih akan membangkitkan kata kembali sebagai
responnya.
C.
HIPOTESIS KESEMESTAAN KOGNITIF.
Dalam kognitifisme hipotesis ini yang diperkenalkan oleh
Piaget telah digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan proses-proses
pemerolehan bahasa kanak-kanak.
Menurut teori yang didasarkan pada kesemestaan kognitif,
bahasa diperolah berdasarkan struktur-struktur kognitif deriamotor.
Struktur-struktur ini diperoleh kanak-kanak melalui interaksi dengan
benda-benda atau orang-orang disekitarnya.
Urutan pemerolehan tersebut secara garis besar adalah
sebagai berikut :
1. Antara
usia 0 sampai 1,5 tahun kanak-kanak mengembangkan pola-pola aksi dengan cara
bereaksi terhadap alam sekitarnya.
2. Setelah
struktur aksi dinuranikan, maka kanak-kanak memaski tahap representasi
kecerdasan, yang terjadi antara usia 2 tahun sampai 7 tahun.
3. Setelh
tahap represntasi kecerdasan, dengan represntasi simboliknya, berakhir, maka
bahasa anak-anak semakin berkembang dn dengan mendapat nilai-nilai sosialnya.
Tahap-tahap
pemerolehan bahasa menurut Sinclair-de Zwart (1973) :
1. Kanak-kanak
memilih satu gabungan bunyi pendek dari bunyi-bunyi yang didengarnya untuk
menyampaikan satu pola aksi.
2. Jika
gabungan bunyi pendek ini dipahami, maka kana-kanak itu akan memakai seri bunyi
yang sama, tetapi dengan bentuk fonetik yang lebih dekat dengan fonetik orang
dewasa, untuk menyampaikan pola-pola aksi yang sama, atau apabila pola aksi
yang sama dilakukan oleh orang lain.
3. Setelah
tahap kedua muncullah funsi-fungsi tata bahasa yang pertama yaitu
subjek-predikat dan objek.
Dewasa ini, seperti juga dalam linguistic, dalam
kognitifisme perhatian juga lbih ditujukan pada masalah makna seperti
peranannya dalam pemerolehan bahasa. Mc. Namara (1972) mengatakan bahwa makna
dan kode linguistic merupakan dua wujud yang berlainan. Kode linguistic terdiri
dari sekumpulan formatif dan alat sintaksis yang menpunyai fungsi untuk
menghubungkan makna dan system fonologi bahasa itu.
Meskipun berlainan, makna dan kode linguistic itu dialami
dan diperoleh secrara bersamaan. Dalam hal ini baik piaget maupun mc namara
sama-sama berpendapat bahwa kana kanak itu lebih dahulu mengembangkan
proses-proses kognitif yang bukan linguistic.
Bab III
Penutup
KESIMPULAN :
A. HIPOTESIS
NURANI
Setiap bahasawan (penutur asli suatu bahasa) tentu mampu
memahami dan membuat (menghasilkan, menerbitkan) kalimat-kalimat dalam
bahasanya karena dia telah “menuranikan” atau menyimpan dalam nuraninya akan
tata bahasa bahasanya itu menjadi kompetensi bahasanya.
B. HIPOTESIS
TABULARASA.
Tabularasa secara harfiah berarti “kertas kosong”, dalam
arti belum ditulisi apa-apa. Lalu, hipotesis tabularasa ini menyatakan bahwa
otak bayi pada waktu dilahirkan sama seperti kertas kosong, yang nanti akan
ditulisi atau didisi dengan pengalaman-pengalaman. Hipotesis ini pada mulanya
dikemukakan oleh John Locke yang kemudin dianut dan disebarluaskan oleh John
Watson.
C. HIPOTESIS
KESEMESTAAN KOGNITIF.
Menurut teori yang didasarkan pada kesemestaan kognitif,
bahasa diperolah berdasarkan struktur-struktur kognitif deriamotor.
Struktur-struktur ini diperoleh kanak-kanak melalui interaksi dengan
benda-benda atau orang-orang disekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar